blog khusus belajar seni rupa SMA NU-1 Gresik: PAIKEM GEMBROT ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira & Berbobot )
Senin, 22 November 2010
MENGGAMBAR BENTUK-2 : CARA MENGGAMBAR BUKU
Menggambar buku dan Kaca mata dengan pensil tampak terlihat sederhana. tetapi hal sederhana ini membutuhkan latihan untuk mencapai hasil yang memuaskan… Oleh karena itu anda harus benar-benar memanfaatkan waktu untuk kontinyu berlatih sampai anda berada pada capaian mahir. Tidak ada nilai bagus bagi orang yang ingin cepat melihat hasil karyanya dalam kondisi ia sedang belajar... ini bukan sulapan....
Sabtu, 20 November 2010
Menggambar Poligon (Segi Banyak Beraturan)
Sedangkan menggambar mistar adalah sepengertian seperti di atas namun menggunakan bantuan alat-alat menggambar mistar seperti jangka, mistar/penggaris, pensil dll. yang intinya menggambar dengan ketepatan ukuran.
Ketrampilan menggambar proyeksi, baik proyeksi sejajar (orthogonal), proyeksi sentral (perspektif) atau yang lain harus mampu menguasai dan memahami fungsi alat-alat tersebut.
Pada bab-bab selanjutnya baik di kelas IX semester II maupun di kelas XII nanti kita akan bertemu dan belajar menggambar proyeksi. Oleh karena itu sebelumnya kita harus bisa membuat segi banyak beraturan sebab dari sinilah gambar-gambar segi banyak akan sangat dibutuhkan dalam pelajaran mendatang.
Jumat, 19 November 2010
MENGGAMBAR BENTUK : CARA MENGGAMBAR TANGAN
Sebagai pemula atau mengawali belajar menggambar bentuk dengan cara singkat kita bisa memahami cara-caranya sekaligus untuk menghindari agar kita tidak kehilangan objek, maka jari tangan kita sendiri sebagai objek adalah cara yang paling mudah untuk mengawali latihan menggambar bentuk sebelum kita menggambar yang lain dalam konteks yang sama.
Untuk tahap awal kita coba menggambar bentuk dengan menggunakan pensil 2B. Syukur jika anda juga mau menambah pensil yang lebih gelap/hitam, misalnya 4B atau pensil B yang angkanya lebih besar (karena akan lebih gelap).
Syarat latihan menggambar bentuk adalah:
Senin, 08 November 2010
Sabtu, 06 November 2010
KEUNIKAN TEKNIK
Apa yang disebut damar (damar=lampu) kurung adalah semacam karya seni lukis lampion dengan desain unik berbentuk kotak persegi dari kertas dengan tulang-tulang bambu, berhias warna terang kuning, merah, hijau, dan merah jambu dari lampu yang dipasang di tengahnya. Sebagai lampion, Damar urung akan merefleksikan gambar-gambar tadi secara menarik apalagi saat lampu dalam lampion itu dinyalakan. Gambar akan terlihat bercahaya dan memberikan efek menarik seperti halnya wayang yang juga memainkan gambar di balik layar dan cahaya.
KEUNIKAN GAGASAN
Nama:M.bukhori rofiq
no:17
kelas:X3
Dulu, kerajinan Damar Kurung dibuat untuk menghibur dan memberikan kesenangan kepada anak-anak yang tengah menanti datangnya shalat Tarawih pada bulan Ramadhan. Itulah sebabnya tema lukisan pada kertas Damar Kurung di masa lalu umumnya berkisah soal kegiatan orang melaksanakan shalat tarawih, tadarus, suasana Idul Fitri, halal bil halal, macapat, pasar malam, pesta khitanan, dan sebagainya.
Namun, seiring waktu,perubahan dalam penampilan mulai dari bahan dasar hingga tema-tema kekinian tanpa meninggalkan tema lama bersifat religi. Biasanya mengangkat tema tentang kehidupan nelayan, pesta pernikahan, kehidupan etnis Madura, serta permainan tradisional anak-anak seperti menangkap ikan, menjaring burung. Gayanya penuh keceriaan, penuh warna dan penuh bentuk. Hampir tak ada ruang kosong di sana. Di masing-masing bidang itu, figur-figur manusia berjajar berbagi tempat dengan pepohonan, mobil, burung, serta atap-atap tenda dan rumah. Penempatan gambar yang berderet semacam ini memang menjadi ciri khas Damar Kurung.
MASMUNDARI (Pelukis Damar Kurung) Tinggal di kampung Jl.Gubernur Suryo VIII no 41.B Gresik, Masmundari hanya memiliki satu anak, satu cucu, masih terus melukis hingga sekarang. Lampion damar kurungnya ada yang terbuat dari fiber dengan tulang kayu, bukan lagi kertas dan bambu. Termasuk juga lukisan (gaya) damar kurung yang sudah dikemas seperti lukisan pada umumnya. Dalam pandangan seni rupa, lukisan-lukisan nenek ini sedemikian unik. Ada yang menyebut bergaya naif, kekanak-kanakan, dan dia melukis seperti meluncur begitu saja. Maka seorang perupa asal Gresik, Imang AW tertarik untuk mengangkatnya dalam khasanah lukisan pada umumnya. Masmundari diminta melukis dengan bahan dan alat melukis yang lebih bagus, melukis di atas selembar kertas, kemudian dibingkai sebagaimana lukisan pada umumnya. Maka jadilah lukisan gaya Masmundari yang menarik banyak kalangan dalam pameran di Jakarta dan hotel-hotel besar serta mendapat perhatian dari petinggi negeri termasuk Presiden RI. Damar kurung dan Masmundari lantas jadi asset berharga bagi Gresik, dia diundang kemana-mana, pameran dalam berbagai kesempatan, meski ada saja yang tega memperlakukan tidak semestinya. Pemerintah Kabupaten Gresik menjadikan damar kurung sebagai maskot kota, membuat tiruan damar kurung ukuran besar untuk lampu dan monumen kota, anak-anak pun digerakkan melukis gaya damar kurung, hingga akhirnya damar kurung identik menjadi ciri khas kota Gresik. |
Kamis, 04 November 2010
songkok
Jumat, 22 Oktober 2010
KELAS:X_1/06
MAPEL:SENI RUPA
Songkok , juga di sebut peci atau kopiah merupakan sejenis topi tradisional bagi orang melayu dan gresik. Di Indonesia
keterangan:
kopiah ini berbagai macam bentuknya dan kopiah ini juga selalu di pakai oleh orang laki-laki atau perempuan kalau perempuan itu di buwat dengan cara berjibab yang begitu banyak bentuk dan motif yang begitu menari supaya semua orang tertarik dengan pembuwatan songkok ini dan songkok ini biasanya di buwat untuk shalat atau ada acara adat di tempat tertentunya. dan songkok pun sbagai tradisional bagi melayu dan gresik yang ada di indonesia.dan songkok pun di populer kan di melayu,malaysia,singapura dan gresik.
no.absen:23
kls:x-4
Kalau catatan itu memang tak meleset, maka tahun depan adalah tahun istimewa bagi nenek tua ini. Masmundari, satu-satunya pelukis damar kurung dari Gresik, tahun 2003 nanti tepat berusia 100 tahun (satu abad). Sebuah usia yang langka dicapai manusia saat ini, sebagaimana kelangkaan pekerjaan yang ditekuni Masmundari yang tetap setia melukis damar kurung.
Apa yang disebut damar kurung adalah semacam lampion (damar=lampu) berbentuk kotak persegi dari kertas dengan tulang-tulang bambu, ada lampu di tengahnya. Pada sisi-sisi damar kurung itulah Masmundari melukis dengan nuansa yang khas ramadan. Tradisi damar kurung ini memang lekat dengan ramadan, yakni setiap menjelang ramadan ada tradisi menjual damar kurung di Gresik. Hanya sayangnya, tradisi itu kemudian nyaris punah karena tak ada lagi yang melukis damar kurung, kecuali Masmundari satu-satunya.
Dalam pandangan seni rupa, lukisan-lukisan nenek ini sedemikian unik. Ada yang menyebut bergaya naif, kekanak-kanakan, dan dia melukis seperti meluncur begitu saja. Maka seorang perupa asal Gresik, Imang AW tertarik untuk mengangkatnya dalam khasanah lukisan pada umumnya. Masmundari diminta melukis dengan bahan dan alat melukis yang lebih bagus, melukis di atas selembar kertas, kemudian dibingkai sebagaimana lukisan pada umumnya. Maka jadilah lukisan gaya Masmundari yang menarik banyak kalangan dalam pameran di Jakarta dan hotel-hotel besar serta mendapat perhatian dari petinggi negeri termasuk Presiden RI.
Damar kurung dan Masmundari lantas jadi asset berharga bagi Gresik, dia diundang kemana-mana, pameran dalam berbagai kesempatan, meski ada saja yang tega memperlakukan tidak semestinya. Pemerintah Kabupaten Gresik menjadikan damar kurung sebagai maskot kota, membuat tiruan damar kurung ukuran besar untuk lampu dan monumen kota, anak-anak pun digerakkan melukis gaya damar kurung, hingga akhirnya damar kurung identik menjadi ciri khas kota Gresik. Lagi-lagi, ada juga yang menjadikan Masmundari sebagai pijakan untuk cari keuntungan, mereka hanya butuh master lukisannya, kemudian digandakan berlipat tanpa imbalan apa-apa buat nenek yang masih sehat ini.
Tinggal di kampung Jl.Gubernur Suryo VIII no 41.B Gresik, Masmundari hanya memiliki satu anak, satu cucu, masih terus melukis hingga sekarang. Lampion damar kurungnya ada yang terbuat dari fiber dengan tulang kayu, bukan lagi kertas dan bambu. Termasuk juga lukisan (gaya) damar kurung yang sudah dikemas seperti lukisan pada umumnya. Sayang, di rumahnya tak terlihat sisa-sisa lukisan damar kurung hasil karyanya. Dia sibuk melayani pesanan.
kls:x-4
no.absen:09
Damar Kurung
Desember 11, 2007 · Disimpan dalam khas ngGresik · Tagged Budaya, Damar Kurung,
Apa yang disebut damar kurung adalah semacam lampion (damar=lampu) berbentuk kotak persegi dari kertas dengan tulang-tulang bambu, ada lampu di tengahnya. Pada sisi-sisi damar kurung itulah Masmundari melukis dengan nuansa yang khas ramadan. Tradisi damar kurung ini memang lekat dengan ramadan, yakni setiap menjelang ramadan ada tradisi menjual damar kurung di Gresik. Hanya sayangnya, tradisi itu kemudian nyaris punah karena tak ada lagi yang melukis damar kurung, kecuali Masmundari satu-satunya.
Dalam pandangan seni rupa, lukisan-lukisan nenek ini sedemikian unik. Ada yang menyebut bergaya naif, kekanak-kanakan, dan dia melukis seperti meluncur begitu saja. Maka seorang perupa asal Gresik, Imang AW tertarik untuk mengangkatnya dalam khasanah lukisan pada umumnya. Masmundari diminta melukis dengan bahan dan alat melukis yang lebih bagus, melukis di atas selembar kertas, kemudian dibingkai sebagaimana lukisan pada umumnya. Maka jadilah lukisan gaya Masmundari yang menarik banyak kalangan dalam pameran di Jakarta dan hotel-hotel besar serta mendapat perhatian dari petinggi negeri termasuk Presiden RI.
Apa yang disebut damar kurung adalah semacam lampion (damar=lampu) berbentuk kotak persegi dari kertas dengan tulang-tulang bambu, ada lampu di tengahnya. Pada sisi-sisi damar kurung itulah Masmundari melukis dengan nuansa yang khas ramadan. Tradisi damar kurung ini memang lekat dengan ramadan, yakni setiap menjelang ramadan ada tradisi menjual damar kurung di Gresik. Hanya sayangnya, tradisi itu kemudian nyaris punah karena tak ada lagi yang melukis damar kurung, kecuali Masmundari satu-satunya.
Dalam pandangan seni rupa, lukisan-lukisan nenek ini sedemikian unik. Ada yang menyebut bergaya naif, kekanak-kanakan, dan dia melukis seperti meluncur begitu saja. Maka seorang perupa asal Gresik, Imang AW tertarik untuk mengangkatnya dalam khasanah lukisan pada umumnya. Masmundari diminta melukis dengan bahan dan alat melukis yang lebih bagus, melukis di atas selembar kertas, kemudian dibingkai sebagaimana lukisan pada umumnya. Maka jadilah lukisan gaya Masmundari yang menarik banyak kalangan dalam pameran di Jakarta dan hotel-hotel besar serta mendapat perhatian dari petinggi negeri termasuk Presiden RI.
Damar kurung dan Masmundari lantas jadi asset berharga bagi Gresik, dia diundang kemana-mana, pameran dalam berbagai kesempatan, meski ada saja yang tega memperlakukan tidak semestinya. Pemerintah Kabupaten Gresik menjadikan damar kurung sebagai maskot kota, membuat tiruan damar kurung ukuran besar untuk lampu dan monumen kota, anak-anak pun digerakkan melukis gaya damar kurung, hingga akhirnya damar kurung identik menjadi ciri khas kota Gresik. Lagi-lagi, ada juga yang menjadikan Masmundari sebagai pijakan untuk cari keuntungan, mereka hanya butuh master lukisannya, kemudian digandakan berlipat tanpa imbalan apa-apa buat nenek yang masih sehat ini.
Tinggal di kampung Jl.Gubernur Suryo VIII no 41.B Gresik, Masmundari hanya memiliki satu anak, satu cucu, masih terus melukis hingga sekarang. Lampion damar kurungnya ada yang terbuat dari fiber dengan tulang kayu, bukan lagi kertas dan bambu. Termasuk juga lukisan (gaya) damar kurung yang sudah dikemas seperti lukisan pada umumnya. Sayang, di rumahnya tak terlihat sisa-sisa lukisan damar kurung hasil karyanya. Dia sibuk melayani pesanan.
BATIK SISIK BANDENG
NAMA : TIKA APRILIA
NO/ KELAS : 29/ X-1
BATIK DULIT SISIK BANDENG
Batik Dulit Sisik Bandeng merupakan ikon baru batik khas kota Gresik, yang makin bersinar di tengah gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif mengangkat produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justeru makin diminati, karena mempertahankan nuansa tradisional, tanpa bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan pewarna alami.
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik dulit sisik bandeng, khas Gresik, di kompleks perumahan Gresik kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di namakan batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di oleskan menggunakan kanvas. Meski gempuran produk-produk batik dari negara asing mulai membanjiri pasar dalam negeri, tetapi wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak tersebut, pantang menyerah dan terus melakukan inovasi produk-produknya. Berkat ketekunan dan semangat kerjanya, produk batik buatannya, justeru semakin bersinar dan Batik dulit sisik bandeng dan mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan, karya tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga. Menurut Arty, selain mempertahankan nuansa lokal tradisional, dirinya juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pewarna produknya. Tetapi, menggunakan bahan-bahan alamiah, diantaranya daun jati, daun sirih, daun kenikir, daun jambu, dan tanaman lain yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumah warga. Terobosan ini, sengaja dilakukan agar kualitas produknya makin terjaga. Dengan bahan alamiah ini, produk batik buatanya, tidak membuat alergi, dan nyaman dipakai setiap orang. “Saya gunakan daun daun alami sebagai pewarnanya, untuk mempertahankan kesan alami", ujarnya. Dengan mengandalkan bahan dan motif lokak itulah, batk dulit milik arty semakin di suka pelanggannya karena mampu membangkitkan rasa percaya diri. Ita rahmawati, salah satu konsumen batik misalnya, mengatakan, sangat menyukai batik sisik bandeng, karena dingin dipakai, dan corak warnanya identik dengan warga Gresik, sebagai penghasil bandeng. “Batik ini menambah rasa percaya diri saya”, ungkapnya.Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit sisik bandeng diawali dengan pembuatan desain, dan dilanjutkan dengan proses canting. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan proses nembok, menggunakan malam, untuk menutup warna. Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan dilanjutkan dengan pewarnaan, yang memanfaatkan menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman, yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang banyak tumbuh di sekitar pekarangan.Sedangkan, produk batik dulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150 ribu sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas kainnya. Di tengah kesuksesannya memperkenalkan produk lokal khas daerah ini, arty mengaku mengalami kendala modal dan promosi. Arty berharap pemerintah setempat memperhatikan kelangsungan usahanya. Apalagi, Arty saat ini tengah menanggung nasib 6 orang karyawannya yang menggantungkan hidup pada penjualan batik dulit.
KEUNIKAN GAGASAN :
Keunikanya adalah terletak pada pembuatanya. Bentuknyapun unik dan mencerminkan khas dari Daerah Gresik. Proses dalam pembuatanyapun sangat rumit dan membutuhkan waktu yang lama.
Batik Dulit Sisik Bandeng merupakan ikon baru batik khas kota Gresik, yang makin bersinar di tengah gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif mengangkat produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justeru makin diminati, karena mempertahankan nuansa tradisional, tanpa bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan pewarna alami.
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik dulit sisik bandeng, khas Gresik, di kompleks perumahan Gresik kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di namakan batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di oleskan menggunakan kanvas. Meski gempuran produk-produk batik dari negara asing mulai membanjiri pasar dalam negeri, tetapi wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak tersebut, pantang menyerah dan terus melakukan inovasi produk-produknya. Berkat ketekunan dan semangat kerjanya, produk batik buatannya, justeru semakin bersinar dan Batik dulit sisik bandeng dan mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan, karya tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga. Menurut Arty, selain mempertahankan nuansa lokal tradisional, dirinya juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pewarna produknya. Tetapi, menggunakan bahan-bahan alamiah, diantaranya daun jati, daun sirih, daun kenikir, daun jambu, dan tanaman lain yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumah warga. Terobosan ini, sengaja dilakukan agar kualitas produknya makin terjaga. Dengan bahan alamiah ini, produk batik buatanya, tidak membuat alergi, dan nyaman dipakai setiap orang. “Saya gunakan daun daun alami sebagai pewarnanya, untuk mempertahankan kesan alami", ujarnya. Dengan mengandalkan bahan dan motif lokak itulah, batk dulit milik arty semakin di suka pelanggannya karena mampu membangkitkan rasa percaya diri. Ita rahmawati, salah satu konsumen batik misalnya, mengatakan, sangat menyukai batik sisik bandeng, karena dingin dipakai, dan corak warnanya identik dengan warga Gresik, sebagai penghasil bandeng. “Batik ini menambah rasa percaya diri saya”, ungkapnya.Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit sisik bandeng diawali dengan pembuatan desain, dan dilanjutkan dengan proses canting. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan proses nembok, menggunakan malam, untuk menutup warna. Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan dilanjutkan dengan pewarnaan, yang memanfaatkan menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman, yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang banyak tumbuh di sekitar pekarangan.Sedangkan, produk batik dulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150 ribu sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas kainnya. Di tengah kesuksesannya memperkenalkan produk lokal khas daerah ini, arty mengaku mengalami kendala modal dan promosi. Arty berharap pemerintah setempat memperhatikan kelangsungan usahanya. Apalagi, Arty saat ini tengah menanggung nasib 6 orang karyawannya yang menggantungkan hidup pada penjualan batik dulit.
KEUNIKAN GAGASAN :
Keunikanya adalah terletak pada pembuatanya. Bentuknyapun unik dan mencerminkan khas dari Daerah Gresik. Proses dalam pembuatanyapun sangat rumit dan membutuhkan waktu yang lama.
Kamis, 21 Oktober 2010
Basik Sisik Ikan
Nama : Nur Fitri Wahdatus S.
Kelas : X-4
Absen : 27
Salah satu Yang menjadi ciri khas batik Gresik adalah motip sisik bandeng yang menjadi ikon baru batik lokal khas Gresik. Selain motipnya yang khas dan tetap mempertahankan nuansa tradisional, penggunaan pewarna alami tanpa bahan kimia dengan bahan alami dari daun jati, daun sirih, daun kenikir dan daun jambu pun dipergunakan untuk pewarnaan kain batik ini. Dengan pewarnaan alami ini maka batik ndulit yang dihasilkan pun lebih natural dengan corak khas sisik bandeng.
Dinamakan batik ndulit karena proses pewarnaannya dengan cara di dulit atau dioleskan dengan menggunakan kanvas dari batang rotan. Sementara inovasi penggunaan motif lokal sisik bandeng dan mahkota giri diambil karena Gresik merupakan salah satu sentra penghasil ikan bandeng yang sudah cukup lama dikenal masyarakat pesisir utara Jawa Timur khususnya warga Surabaya dan sekitarnya. Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik ndulit sisik bandeng ini pun diawali dengan pembuatan desain di atas kain putih.
Dengan mengikuti alur coretan pensil di atas kain putih, pekerja batik lalu menorehkan malam atau lilin dengan menggunakan canting mengikuti pola batik sisik bandeng yang terlukis di kain putih. Selesai proses menyanting, tahap berikutnya adalah proses ndulit atau memberi warna motif desain dengan menggunakan kanvas dari rotan. Selesai proses ini kemudian dilanjutkan proses nembok dengan menggunakan malam atau lilin untuk menutup warna yang telah ditorehkan pada motif sisik bandeng.
Selanjutnya kain siap untuk memasuki proses pewarnaan total dan menghilangkan malam yang dicelupkan di dalam jambangan berisi air panas mendidih yang disebut dengan nglorot. Proses nglorot selesai lalu kain dicuci bersih kemudian diangin-anginkan di bawah atap rumah agar tidak terkena terpaan sinar matahari untuk menghindari warna tidak luntur dan tetap alami. Batik ndulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariasi. Mulai harga seratus dua puluh lima ribu rupiah sampai satu setengah juta rupiah tergantung kualitas kain yang digunakan.
Batik Sisik Ikan
Nama : Nur Fitri Wahdatus S.
Kelas : X-4
Absen : 27
Salah satu Yang menjadi ciri khas batik Gresik adalah motip sisik bandeng yang menjadi ikon baru batik lokal khas Gresik. Selain motipnya yang khas dan tetap mempertahankan nuansa tradisional, penggunaan pewarna alami tanpa bahan kimia dengan bahan alami dari daun jati, daun sirih, daun kenikir dan daun jambu pun dipergunakan untuk pewarnaan kain batik ini. Dengan pewarnaan alami ini maka batik ndulit yang dihasilkan pun lebih natural dengan corak khas sisik bandeng.
Dinamakan batik ndulit karena proses pewarnaannya dengan cara di dulit atau dioleskan dengan menggunakan kanvas dari batang rotan. Sementara inovasi penggunaan motif lokal sisik bandeng dan mahkota giri diambil karena Gresik merupakan salah satu sentra penghasil ikan bandeng yang sudah cukup lama dikenal masyarakat pesisir utara Jawa Timur khususnya warga Surabaya dan sekitarnya. Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik ndulit sisik bandeng ini pun diawali dengan pembuatan desain di atas kain putih.
Dengan mengikuti alur coretan pensil di atas kain putih, pekerja batik lalu menorehkan malam atau lilin dengan menggunakan canting mengikuti pola batik sisik bandeng yang terlukis di kain putih. Selesai proses menyanting, tahap berikutnya adalah proses ndulit atau memberi warna motif desain dengan menggunakan kanvas dari rotan. Selesai proses ini kemudian dilanjutkan proses nembok dengan menggunakan malam atau lilin untuk menutup warna yang telah ditorehkan pada motif sisik bandeng.
Selanjutnya kain siap untuk memasuki proses pewarnaan total dan menghilangkan malam yang dicelupkan di dalam jambangan berisi air panas mendidih yang disebut dengan nglorot. Proses nglorot selesai lalu kain dicuci bersih kemudian diangin-anginkan di bawah atap rumah agar tidak terkena terpaan sinar matahari untuk menghindari warna tidak luntur dan tetap alami. Batik ndulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariasi. Mulai harga seratus dua puluh lima ribu rupiah sampai satu setengah juta rupiah tergantung kualitas kain yang digunakan.
Gerabah kasongan
x-2
20
Turun-temurun, Dari Perkakas Rumah Tangga Hingga Keramik Hias
MEMASUKI kampung Kasongan, di halaman-halaman rumah dan pekarangan warga dengan mudah akan terlihat gerabah berbagai bentuk dan ukuran. Baik yang masih alami berwarna merah bata, ataupun yang telah dilakukan finishing dengan pengecatan beraneka warna atau teknik finishing lain. Di sudut-sudut kampung akan terlihat pula tungku-tungku pembakaran. Jika tertarik, wisatawan dapat pula turut membentuk tanah liat menjadi gerabah bersama para perajin.
Desa Wisata Kasongan terletak di Dukuh Kajen, Banguntapan, Kasihan, Bantul Yogyakarta. Di dukuh seluas 49 hektar berpenduduk 1.556 jiwa tersebut, 95% warganya bermata pencaharian sebagai perajin gerabah, sedangkan sisanya petani dan PNS. Pembuatan gerabah di Kasongan memang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi terdahulu hingga kini.
-berawal dari perkakas rumah tangga-
Pada awal mulanya, gerabah yang diproduksi warga Kasongan hanya berupa perkakas rumah tangga seperti kwali, cobek, anglo, keren (tungku untuk memasak dengan kayu bakar), dan perkakas lain. Namun setelah dikembangkan sebagai desa wisata, variasi produk gerabah pun berkembang hingga ke gerabah-gerabah hias seperti guci, berbagai patung, meja kursi, dan berbagai hiasan lain.
“Kerajinan gerabah telah turun-temurun digeluti warga. Kemudian mulai berkembang setelah ada arahan dari para tokoh seniman seperti masalah desainnya,” kata Kepala Dukuh Kajen, Muh. Hadi Suprojo.
Buang Mudiarjo misalnya, perajin gerabah yang telah memulai usahanya sejak 1965 mengaku belajar menjadi perajin gerabah dari orangtuanya. Gerabah yang dihasilkannya mulai dari perkakas rumah tangga hingga gerabah hiasan. “Yang paling diminati wisatawan seperti guci, loro blonyo (patung pengantin), dan patung Budha. Harga gerabah berkisar Rp 5 ribu - 500 ribu,” ungkap ayah empat orang anak tersebut. Kerajinan gerabah di Kasongan mulai berkembang setelah dibangunya jembatan di sisi timur kampung pada 1972, sehingga bisa menghubungkan ke kota Bantul dan daerah lain. “Sebelum tahun 72 susah karena belum ada jembatan. Untuk menjual gerabah harus menyeberang sungai. Dulu hanya dijual di pasar-pasar tradisional sekitar,” kenang lelaki kelahiran 55 tahun lalu itu.
Kini, Buang memasarkan 85% gerabahnya hingga ke mancanegara seperti Belanda, Thailand, dan Venezuela. “Mulai ekspor sejak tahun 1990. Awalnya menawarkan ke turis-turis yang berkunjung ke sini, kemudian mereka mulai memesan,” papar lelaki yang menekuni kerajinan keramik bersama puteranya tersebut. Sementara untuk pasar dalam negeri antara lain Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bali. Bahan baku tanah liat, didapat Buang, dari Kasongan, Godean, Kebumen, dan Imogiri.
-koperasi untuk pengembangan-
Untuk pengembangan Gerabah di Kasongan, para perajin dan pengusaha membentuk wadah berupa koperasi yang beranggotakan 581 perajin/pengusaha. Wadah yang bernama Kopersi Industri Seni Kerajinan Keramik (Kopinkra) Setya Bawana tersebut terbentuk pada 10 Agustus 2006. Sebenarnya cikal bakal dari koperasi telah ada sejak 1984 berupa kelompok campur sari Setya Bawana. Kelompok tersebut ternyata mendapatkan pesanan membuat gerabah dari turis, hingga kemudian terbentuklah sebuah koperasai. Meski keberadaannya telah lama, namun koperasi baru didaftarkan menjadi berbadan hukum pada 2006. “Ada turis yang memesan gerabah pada kelompok campur sari Setya Bawana. Kemudian terbentuklah koperasi, dan baru didaftarkan berbadan hukum setelah gempa 2006,” ungkap pengurus harian koperasi Setia Bawana, Made Supardi.
Selain fungsi teknis penguatan modal bagi anggota, berupa pijaman berbunga rendah, koperasi juga berperan dalam pengembangan sentra gerabah Kasongan. “Setiap tanggal 15 ada pertemuan pengurus inti untuk membicarakan perkembangan sentra gerabah Kasongan dan bagaimana langkah-langkah ke depan,” kata Made. Sedangkan pelatihan-pelatihan dan pembinaan bagi para perajin dilakukan oleh pemerintah daerah setempat seperti pelatihan manajemen, ekspor, ataupun finishing produk gerabah.
Peran pemerintah desa sendiri lebih pada penataan pokdarwis (kelompok sadar wisata), memberikan arahan, serta menampung keluhan mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi termasuk masalah permodalan. Beberapa permasalahan yang disampaikan warga Kasongan, kata Hadi Suprojo, antara lain agar pemerintah ataupun perbankan mempermudah akses permodalan untuk pengembangan usaha.
-bangkit pasca gempa-
Sedangkan untuk mengenalkan Kasongan kepada masyarakat luas, disadari promosi perlu terus dilakukan antara lain melalui pameran-pameran. “Jangan sampai Kasongan menjadi tertutup atau hilang akibat gempa 2006 lalu. Sekarang sudah mulai bangkit dan nampak lagi,” ungkap Kepala Dukuh yang juga menjadi perajin gerabah sejak 1989 tersebut.
Sejak bencana gempa bumi 2006, disamping jumlah kunjungan wisatawan ke Kasongan menurun drastis, warga pun harus memulai usaha dari awal karena perlu pemulihan rumah, tungku pembakaran gerabah, ataupun peralatan penunjang lainnya. “Perlu waktu untuk pulih kembali. Padahal dulu Kasongan sudah mulai artistik, banyak dikunjungi wisatawan. Namun akibat gempa, banyak yang rusak seperti gapura-gapura roboh,” papar Nangsib, sapaan akrab Hadi.
Pengembangan Kasongan sebagai desa wisata dilakukan pula dengan menerima ide-ide dari warga masyarakat. Untuk mendukung Kasongan sebagai desa wisata, warga menginginkan dibangunnya monumen Kasongan. Saat ini telah tersedia lahan seluas 1.600 meter persegi yang semula merupakan tanah milik pemerintah propinsi DIY, dan telah diserahkan ke Pemda Bantul. “Masukan dari warga, menginginkan dibangunnya Monumen Kasongan. Walaupun belum ada kepastian kapan bisa terwujud,” tambahnya.
Meski mayoritas warga menekuni kerajinan gerabah, namun tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Kerukunan antar warga pun masih terjaga dengan baik. Persaingan lebih pada kualitas produk. “Kehidupan sosial antar tetangga, kerukunannya masih bagus. Selalu gotong-royong karena kita tidak bisa hidup sendiri,” pungkas Buang Mudiarjo disela kegiatannya bersama warga yang lain. -cahpesisiran-
dari http://pesisiran-kidul.blogspot.com/2008/07/gerabah-kasongan.html
DAMARKURUNG
Hanifah (X-2/12)
Apa yang disebut damar kurung adalah semacam lampion (damar=lampu) berbentuk kotak persegi dari kertas dengan tulang-tulang bambu, ada lampu di tengahnya. Pada sisi-sisi damar kurung itulah Masmundari melukis dengan nuansa yang khas ramadan. Tradisi damar kurung ini memang lekat dengan ramadan, yakni setiap menjelang ramadan ada tradisi menjual damar kurung di Gresik. Hanya sayangnya, tradisi itu kemudian nyaris punah karena tak ada lagi yang melukis damar kurung, kecuali Masmundari satu-satunya.
Dalam pandangan seni rupa, lukisan-lukisan nenek ini sedemikian unik. Ada yang menyebut bergaya naif, kekanak-kanakan, dan dia melukis seperti meluncur begitu saja. Maka seorang perupa asal Gresik, Imang AW tertarik untuk mengangkatnya dalam khasanah lukisan pada umumnya. Masmundari diminta melukis dengan bahan dan alat melukis yang lebih bagus, melukis di atas selembar kertas, kemudian dibingkai sebagaimana lukisan pada umumnya. Maka jadilah lukisan gaya Masmundari yang menarik banyak kalangan dalam pameran di Jakarta dan hotel-hotel besar serta mendapat perhatian dari petinggi negeri termasuk Presiden RI.
Damar kurung dan Masmundari lantas jadi asset berharga bagi Gresik, dia diundang kemana-mana, pameran dalam berbagai kesempatan, meski ada saja yang tega memperlakukan tidak semestinya. Pemerintah Kabupaten Gresik menjadikan damar kurung sebagai maskot kota, membuat tiruan damar kurung ukuran besar untuk lampu dan monumen kota, anak-anak pun digerakkan melukis gaya damar kurung, hingga akhirnya damar kurung identik menjadi ciri khas kota Gresik. Lagi-lagi, ada juga yang menjadikan Masmundari sebagai pijakan untuk cari keuntungan, mereka hanya butuh master lukisannya, kemudian digandakan berlipat tanpa imbalan apa-apa buat nenek yang masih sehat ini.
Tinggal di kampung Jl.Gubernur Suryo VIII no 41.B Gresik, Masmundari hanya memiliki satu anak, satu cucu, masih terus melukis hingga sekarang. Lampion damar kurungnya ada yang terbuat dari fiber dengan tulang kayu, bukan lagi kertas dan bambu. Termasuk juga lukisan (gaya) damar kurung yang sudah dikemas seperti lukisan pada umumnya. Sayang, di rumahnya tak terlihat sisa-sisa lukisan damar kurung hasil karyanya. Dia sibuk melayani pesanan.
songkok gresik
X1 / 13
SENI RUPA
SEJARAH SONGKOK
Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. Lambat laun penduduk pribumi mulai memeluk Islam meskipun belum secara besar-besaran. Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam. Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi., yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Adapun peninggalan tertua dari kaum Muslimin yang ditemukan di Indonesia terdapat di Gresik, Jawa Timur. Berupa komplek makam Islam, yang salah satu diantaranya adalah makam seorang Muslimah bernama Fathimah binti Maimun. Pada makamnya tertulis angka tahun 475 H / 1082 M, yaitu pada jaman Kerajaan Singasari. Diperkirakan makam-makam ini bukan dari penduduk asli, melainkan makam para pedagang Arab. Maka dari itu sejak dulu berdagang merupakan warisan turun-tumurun masyarakat GRESIK dalam memenuhi kehidupan sehari-hari
Anwar Ilyas, Miliarder Gresik Pemilik Usaha Songkok Merek Awing
Untung Semeriwing Songkok Awing
Songkok di tangan Anwar Ilyas bukan sekadar penutup kepala saat salat atau di acara keagamaan bagi umat Islam. Melainkan sumber fulus yang tidak ada habisnya. Berawal dari inovasi sederhana namun dikemas dengan manajemen profesional, kini Anwar mengantongi miliaran rupiah tiap bulan.
—
RUANGAN kantor pabrik songkok Awing di Jalan KH Kholil Gresik, Jawa Timur, kemarin siang (21/9) terasa begitu sesak. Sepuluh orang yang ada di dalamnya harus berdesakan dengan tumpukan kardus kain beludru yang baru datang. Sebuah etalase besar yang digunakan untuk memajang beragam varian contoh songkok dan ratusan songkok yang siap dipasarkan membuat ruang seluas 10 x 5 meter itu terasa semakin sempit.
Tiba-tiba suasana menjadi riuh ketika seorang pria yang seluruh rambutnya sudah memutih memasuki ruangan. Tanpa ada yang memerintah, seluruh orang tiba-tiba antre untuk bersalaman. Sosok yang begitu dihormati itu adalah Anwar Ilyas, sang pemilik pabrik.
Meski usianya sudah mencapai 63 tahun, tubuh Anwar kelihatan bugar. Dengan bersemangat dia menceritakan awal mula merintis usaha yang kini menjadi salah satu ikon Kabupaten Gresik itu. “Semua ini saya awali dengan niat iseng,” ujar Awing datar, namun cukup mengagetkan bagi yang baru mendengarnya. Anwar mengatakan saat masih muda sama sekali tidak berniat menekuni bisnis pembuatan songkok. Padahal, ayah dan kakaknya adalah produsen songkok cap Bintang yang cukup terkenal pada 1950-an.
Saat itu, Anwar sudah cukup puas dengan bisnis jasa penyewaan truk ekspedisi barang dengan bendera CV Jaya Sakti yang dirintisnya sejak 1974. Selain itu, Anwar sukses dengan usaha properti melalui bendera PT Bakti Pertiwi yang dirintisnya mulai 1978.
Tapi, takdir berkata lain. Berkat seorang teman, Anwar akhirnya menyadari bahwa sumber rezekinya ternyata tak bisa beralih dari bisnis keluarga, yakni mengelola pabrik songkok. Menurut Anwar, sejarah Awing dimulai pada 1986. Saat itu, dia punya teman yang sedang bingung mencari pekerjaan. Karena Anwar sudah lebih dahulu merintis usaha di bidang jasa ekspedisi barang dan developer perumahan, dia pun menawari temannya tadi untuk ikut mengembangkan dua usaha tersebut. ”Tapi, teman saya tadi tidak mau. Dia merasa tidak punya keahlian di sektor properti dan tidak bisa nyopir truk-truk ekspedisi saya,” tambahnya.
Akhirnya, karena di kampungnya banyak yang menjadi perajin songkok, Anwar menawari temannya tadi untuk ikut memulai bisnis songkok. ”Tapi, saya suruh dia untuk bikin produk yang lain daripada yang lain. Harus lebih bagus dari yang sudah ada,” terang ayah empat anak tersebut.
Setelah dua bulan dibiarkan melakukan eksperimen, ternyata temannya tadi berhasil membuat satu bentuk songkok spesial. Yakni, songkok tanpa kertas. ”Waktu itu, tidak ada satu pun songkok yang dibuat tanpa disertai kertas. Tapi, Awing berhasil menjadi penemu songkok tanpa kertas,” tambahnya.
Insting bisnis Anwar pun muncul. Karena terpikat dengan songkok buatan temannya tadi, Anwar mencoba untuk lebih serius menekuni bisnis tersebut. ”Saya masih ingat, modal awal yang saya kucurkan Rp 10 juta dan satu unit mobil Carry sebagai kendaraan operasional,” ujarnya. Selanjutnya, Anwar mulai menata manajemen dan sumber daya manusia untuk unit usaha barunya tersebut.
Hal pertama yang dia lakukan adalah mencari lokasi produksi. Anwar pun mengontrak sebuah rumah kecil di dekat rumahnya. ”Kecil kok. Paling luasnya hanya 4 x 6,” terangnya. Dengan empat orang pekerja awal, Anwar dan temannya tadi mampu memproduksi 120 unit songkok per hari.
Namun, persoalan muncul ketika songkok-songkok tersebut siap diedarkan. ”Teman saya tadi tanya, apa nama songkok ini?” kata Anwar. Karena temannya tadi yang memulai pertama, Anwar terpikir untuk menjadikan nama temannya itu sebagai merek songkok tersebut. Menurut Anwar, nama asli temannya itu sebenarnya bukan Awing. Tapi, karena wajahnya mirip orang Tiongkok, dia sering dipanggil dengan sebutan Awing. ”Sudah, kasih nama Awing saja. Lambangnya pakai gambar wajahmu,” kata Anwar kepada temannya waktu dulu. Karena itu, jangan heran jika di setiap kemasan songkok Awing sekarang, terpasang sketsa kepala manusia yang sedang memakai songkok. ”Ya, itulah wajah si Awing,” ungkap Anwar.
Setelah semua siap, Anwar menginstruksikan untuk mulai memasarkan songkok Awing hingga ke ujung timur Jawa, Banyuwangi. Sementara itu, untuk ke barat, tim pemasaran Awing sampai di Sumatera. ”Mulanya kami konvensional saja. Kami titipkan ke toko-toko di pasar. Beberapa waktu kemudian, kami datangi lagi untuk melihat hasilnya,” ujar Anwar.
Ternyata, respons masyarakat lumayan bagus. Meski harganya tergolong mahal, jumlah pesanan terus meningkat. Anwar membandingkan, saat itu harga songkok di pasaran pada umumnya Rp 3.000. Tapi, Awing berani mematok harga Rp 10 ribu. ”Mahal memang. Tapi, kami tidak main-main dengan kualitas. Seingat saya, waktu itu belum ada songkok tanpa kertas,” ujarnya.
Karena menilai prospeknya cukup cerah, Anwar kian serius mengembangkan Awing. Dua tahun setelah membuka usaha, jumlah pekerja Anwar bertambah menjadi 10 orang. Dia juga akhirnya membeli dua rumah di samping kontrakan awal tadi untuk kemudian dijadikan gudang dan lokasi produksi yang baru. Total produksi pun meningkat 100 persen lebih. Pada masa itulah, Awing mulai menancapkan namanya di dunia bisnis songkok Indonesia.
Ketika ditanya apa rintangan ketika awal-awal merintis usaha, Anwar mengaku tidak mengalami hambatan yang berarti. ”Rintangan pasti ada. Terutama cibiran dari pengusaha songkok lainnya yang mengejek produk songkok tanpa kertas. Juga harga yang kami tawarkan dinilai terlalu mahal. Tapi, toh kami bisa melaluinya dan bahkan orang-orang tadi balik memuji keberhasilan kami,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Awing juga akhirnya menjadi trend setter produk songkok. Buntutnya, demi memenuhi pesanan yang makin melonjak, Awing mulai membuka kantor perwakilan di Jakarta dan Semarang. Selain itu, Awing mendirikan pusat distributor di Makassar dan Medan.
Kira-kira apa resep usahanya? ”Yang penting, ditata dulu manajemennya,” jawab Anwar. Produksi songkok-songkok tadi juga dilakukan dengan kualitas dan bahan yang asal-asalan. ”Bahan baku beludru Awing ini kami impor dari Amerika dan Korea lho,” kata Anwar.
Tak ayal, berkat ketekunan dan kerja kerasnya, kini Awing menjadi produsen songkok yang sangat besar. Dalam sebulan, Awing bisa menghasilkan kurang lebih 300 ribu unit songkok. Jumlah pekerjanya juga lumayan, yakni 300 orang. Belum lagi, Awing juga membina puluhan home industry songkok di sekitarnya.
”Bedanya dengan songkok lain, Awing selalu memproduksi setiap bulan. Sementara itu, industri songkok yang lain mungkin hanya ramai kalau mendekati puasa,” ujarnya. Karena itu, tak heran jika omzet yang diraih Awing rata-rata Rp 1 miliar per bulan. Bahkan, jumlah itu bisa meningkat hingga 400 persen selama empat bulan menjelang Ramadan.
Namun sayang, riwayat kerja sama Anwar dan seorang temannya tadi harus berakhir pada 2001. ”Karena ada suatu masalah keuangan, akhirnya Awing memilih mengundurkan diri dari perusahaan,” terang Anwar.Berkah Ramadhan bagi Perajin Songkok di Gresik
Bagi perajin songkok atau kopiah di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, bulan suci Ramadhan merupakan masa "panen."
Salah satunya adalah perajin songkok rumahan "Awing" di Kelurahan Blandongan, Kecamatan Kota Gresik.
Bahkan, perajin setempat mendapatkan berkah (barokah/nilai tambah) sejak tiga bulan menjelang Ramadhan 1431 Hijriah.
Sejak tiga bulan lalu itu, 30 ribu songkok yang mereka produksi sudah ludes terjual atau sudah diambil pemesan.
"Pemesan songkok Awing lebih banyak dari Jawa Barat, karena 20 ribu dari 30 ribu songkok sudah beredar di Jawa Barat," ucap karyawan bagian penjualan produksi songkok Awing, Benny Wahidin.
Sebenarnya, tuturnya, produksi songkoknya beredar ke seluruh Indonesia dan bahkan ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.
"Tetapi pasar kita terbanyak memang berada di Jawa Barat dan Jakarta," paparnya.
Bulan Ramadhan ini, Awing masih melakukan produksi hingga menjelang Hari Raya Idul Fitri 1431 H dengan target produksi 15 ribu songkok, sesuai dengan pesanan yang masuk.
"Sebelum Hari Raya, 15 ribu songkok ini harus sudah selesai dan langsung kita kirim. Karena untuk Lebaran ini, sebagian besar juga pesanan dari Jawa Barat, khsusnya Bandung dan sekitarnya," ujarnya
Awing menjual hasil produksinya dengan harga bervariasi, mulai harga termahal Rp115 ribu persongkok hingga paling murah Rp20 ribu.
"Memasuki Ramadhan tahun ini, Awing sudah mendapatkan omzet kurang lebih sekitar Rp4 miliar," ungkapnya.
Untuk hari-hari biasa, songkoknya hanya laku setengah dari penjualan saat memasuki Ramadhan seperti sekarang.
Koordinasikan perajin
Benny menceritakan, Awing berdiri tahun 1986. "Home industry" (industri rumahan) itu awalnya dirintis dengan mengkoordinasikan beberapa perajin songkok di Blandongan.
Sebelumnya, songkok yang dihasilkan perajin Blandongan itu memiliki kerangka dalam yang berbahan kertas, sehingga usia songkok menjadi tidak tahan lama.
Berangkat dari pengalaman itu, Awing berusaha berinovasi dengan menggunakan kerangka berbahan kain keras.
Kelebihan mengggunakan kerangka berbahan kain keras ini lebih nyaman dan enak penggunaannya.
Tapi, perajin di seluruh Indonesia dan tentunya juga di Blandongan tak berani meniru menggunakan kerangka berbahan kain keras, kala itu.
"Biayanya lebih mahal," jelas Benny.
Saat itu (1986), harga songkok yang menggunakan kerangka berbahan kertas Rp3 ribu, sedangkan dengan menggunakan bahan kain keras mencapai lima kali lipatnya, yakni Rp15 ribu.
Tapi, Awing tetap optimistis dan hasilnya tak seperti dugaan perajin songkok lainnya, songkok bikinan Awing direspons baik oleh konsumen.
Tak hanya bahan kerangka yang diinovasi Awing. Songkok bikinannya juga ditambahi kain jala pada sudut atas songkok, baik depan maupun belakangnya.
Ide ini berawal dari pengamatan sederhana, pada saat orang menggunakan songkok, umumnya berkeringat.
"Untuk memberikan kenyamanan pengguna songkok, Awing menambahkan kain jala. Ide kreatif ini belum digunakan oleh perajin songkok lainnya," tambahnya.
Songkok dengan tambahan kain jala itu awalnya diberi nama tipe AB (Angin mBrobos).
Karena dinilai kurang keren, lalu diubah menjadi tipe AC, dengan harapan memberikan kesejukan layaknya "air conditioner" (AC).
Songkok seharga Rp15 ribu bikinan Awing itu mampu menarik banyak konsumen. Dan, perajin lain pun membuntuti langkah Awing.
Perlahan-lahan Awing dikenal oleh banyak konsumen, dan perusahaan itu semakin mengembangkan sayapnya.
Hingga tahun 1992, Awing membuka cabang di Jakarta dan kewalahan menerima "order" (pesanan).
"Pada tahun-tahun itu, mantan Presiden RI Soeharto pun menggunakan songkok Awing, setiap tiga bulan sekali, ajudan Presiden memesannya langsung," tukasnya.
Dalam perkembangannya, orang menggunakan songkok tak hanya untuk beribadah, tapi juga untuk kepentingan-kepentingan formal.
"Setelah mantan Presiden Soeharto memesan songkok Awing, pejabat-pejabat lainnya pun ikut memesan," tandasnya
Awing mampu memproduksi sedikitnya 300 ribu songkok pertahunnya dengan omzet mencapai Rp7 miliar setahun.
Omzet ini naik berpuluh kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 1992 yang hanya Rp200 juta persemester.
"Tipe yang menjadi favorit konsumen adalah tipe AC, dengan harga KW1 Rp110 ribu dan KW2 Rp75 ribu," ujarnya.
Untuk menjaga konsumen, Awing selalu melakukan inovasi dan menjaga kualitas. Bahan-bahannya pun dari produksi luar negeri. Kain keras dan bludru yang digunakan adalah produksi Amerika, kain satennya asal Korea, dan kain kasa dari Taiwan.
Dan, berkah pun dialami perajin songkok atau kopiah di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Kamis, 07 Oktober 2010
damar kurung
Nama : Hussen Rifa'i
Kelas : X-4
No.Absen : 11
Judul :
Damar Kurung
Keunikan gagasan :
damar kurung yang saya ketahui adalah sebuah seni yang berbentuk persegi dan diberi hiasan lukisan atau cat-cat air yang menghiasinya
keterangan :
damar kurung biasanya dibuat untuk lampu pijar, atau untuk hiasan-hiasan rumah
dan cara membuat dan menghias damar kurung sangat sulit
bila belum mengerti cara membuatnya
sarung tenun sutera
Jelang lebaran, omzet penjualan sarung tenun sutera khas Gresik, melonjak dua kali lipat. Sarung tradisional, yang memiliki corak timbul ini, ternyata tidak hanya disuka pasar dalam negeri, tetapi juga menarik minat pasar Mancanegara.
Sarung sutera dan sarung fiber, produksi, Ahmad Antoni, seorang perajin di sentra perajin sarung tradisional, Di Desa Morowudi, Kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang siap untuk dipasarkan.
Dalam kurun waktu, satu bulan terakhir, omzet penjualan para perajin sarung tradisional di desa ini, terus mengalami peningkatan mencapai dua kali lipat, atau dari 20 kodi menjadi 40 kodi, perbulan.
Namun, sebagian perajin tidak mampu memenuhi lonjakan permintaan, akibat keterbatasan tenaga penenun, yang jumlahnya makin menurun, dan rata-rata telah berusia lanjut.
Ahmad Fatoni, perajin, mengatakan, permintaan sarung tenun sutera tradisional, tidak hanya pasar di dalam negeri, tetapi juga pasar luar negeri, diantaranya malaysia, Brunei, Saudi Arabia , Syuria, Yaman, Dan Berbagai Negara Di Timur tengah.
Sejak satu bulan terakhir, maksimal hanya bisa memenuhi pesanan sebanyak 10 kodi, atau meningkat dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Pasalnya, seorang perajin yang sudah berpengalaman hanya mampu menyelesaikan maksimal dua buah sarung.
“keterbatsan tenaga penenun, yang rata-rata telah lanjut usia,” kata Ahmaf Fatoni
tenun sutera produk perajin di sentra perajin tenun di kota gresik, dijual dengan harga bervariatif mulai dari 125 ribu , hingga 500 ribu rupiah, per lembar. sedangkan, corak khas sarung tenun yakni warnanya timbul, dengan corak beragam diantaranya corak kembang, garis-garis, gunung-gunungan, hingga corak laut biru.
Keunikan :
Sarung tenun tradisional khas Gresik Jawa Timur di kenal kaya motif dan corak. Dengan mempertahankan proses penenunan yang masih tradisional, sarung tenun tersebut memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat untuk di gunakan dalam lebaran menda
Nama : Anisa Rosyidianita
Kelas: X.5/ 04
Sabtu, 02 Oktober 2010
songkok (kopyah)
nama : rodiyatuz zahro
kelas : x;4 (32)
keunikan : keunikan dari kerajinan songkok menampilkan warna etnis yang tradisional dan motif yang berbeda dengan songkok lain.
Keterangan :
di kota gresik yang biasanya disebut-sebut sebagai kota santri Sebagai pengrajin dan penghasil songkok yang sebagian penduduknya menekuni kerajinan tersebut.tempat usaha pembuatan songkok berada di desa penganden kecamatan manyar.dan produk songkoknya diberi nama "SONGKOK MITRA"
Kerajinan KOPYAH ini dibuat dari bahan dasar yang meliputi; Beludru, kertas, kain saten, benang, kain kardilak, kain kasa, kain krawang, dan plastik, bahan baku kopyah ini diperoleh dari Gresik dan Surabaya. Beberapa produk yang kapasitas produksinya mencapai 20-30 kodi/hari.kerajinan songkok tersebut sampai menembus pasar-pasar tradisonal maupun pasar modern.dan banyak pesanan kerajinan tersebut. Media/Sistem Pemasaran
1. Dipasarkan ke toko dan pasar
2. Pesanan/langsung ke konsumen
Lukisan Damar Kurung Khas Gresik
Nama : Yuli Lestari
Kelas : X-1 / 31
Kalau catatan itu memang tak meleset, maka tahun depan adalah tahun istimewa bagi nenek tua ini. Masmundari, satu-satunya pelukis damar kurung dari Gresik, tahun 2003 nanti tepat berusia 100 tahun (satu abad). Sebuah usia yang langka dicapai manusia saat ini, sebagaimana kelangkaan pekerjaan yang ditekuni Masmundari yang tetap setia melukis damar kurung.
Apa yang disebut damar kurung adalah semacam lampion (damar=lampu) berbentuk kotak persegi dari kertas dengan tulang-tulang bambu, ada lampu di tengahnya. Pada sisi-sisi damar kurung itulah Masmundari melukis dengan nuansa yang khas ramadan. Tradisi damar kurung ini memang lekat dengan ramadan, yakni setiap menjelang ramadan ada tradisi menjual damar kurung di Gresik. Hanya sayangnya, tradisi itu kemudian nyaris punah karena tak ada lagi yang melukis damar kurung, kecuali Masmundari satu-satunya.
Dalam pandangan seni rupa, lukisan-lukisan nenek ini sedemikian unik. Ada yang menyebut bergaya naif, kekanak-kanakan, dan dia melukis seperti meluncur begitu saja. Maka seorang perupa asal Gresik, Imang AW tertarik untuk mengangkatnya dalam khasanah lukisan pada umumnya. Masmundari diminta melukis dengan bahan dan alat melukis yang lebih bagus, melukis di atas selembar kertas, kemudian dibingkai sebagaimana lukisan pada umumnya. Maka jadilah lukisan gaya Masmundari yang menarik banyak kalangan dalam pameran di Jakarta dan hotel-hotel besar serta mendapat perhatian dari petinggi negeri termasuk Presiden RI.
Damar kurung dan Masmundari lantas jadi asset berharga bagi Gresik, dia diundang kemana-mana, pameran dalam berbagai kesempatan, meski ada saja yang tega memperlakukan tidak semestinya. Pemerintah Kabupaten Gresik menjadikan damar kurung sebagai maskot kota, membuat tiruan damar kurung ukuran besar untuk lampu dan monumen kota, anak-anak pun digerakkan melukis gaya damar kurung, hingga akhirnya damar kurung identik menjadi ciri khas kota Gresik. Lagi-lagi, ada juga yang menjadikan Masmundari sebagai pijakan untuk cari keuntungan, mereka hanya butuh master lukisannya, kemudian digandakan berlipat tanpa imbalan apa-apa buat nenek yang masih sehat ini.
batik
nama : rere ulifatur r.w
kelas : X-4
no.absen : 31
keunikan gagasan :
batik itu suatu kerajinan yang wajib dilestarikan dan dibudayakan dari turun temurun yang masih digemari oleh masyarakat dikalangan indonesia maupun di luar indonesia.
keterangan :
batik itu suatu karya indonesia yang di buat oleh anak bangsa dan kita sebagai anak bangsa patut melestarikannya anak cucu kita nanti.
Sabtu, 25 September 2010
songkok pengrajin dari gresik
songkok gresik
nabila asadx-3 (18)
**KEUNIKAN GAGASAN**
songkok adalah suatu ciri khas dari kota gresik, yang digunakan oleh setiap orang untuk bersembahyang
Cara pemakaiannya juga lebih meluas,bersesuai pengguna dari alangan anak-anak hingga dewasa.
**KETERANGAN**
Bagi perajin songkok atau kopiah di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, bulan suci Ramadhan merupakan masa "panen."
Salah satunya adalah perajin songkok rumahan "Awing" di Kelurahan Blandongan, Kecamatan Kota Gresik.
Bahkan, perajin setempat mendapatkan berkah (barokah/nilai tambah) sejak tiga bulan menjelang Ramadhan 1431 Hijriah.
**KEUNIKAN TEKNIK**
Mencelup benang
Benang perlu dibersihkan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Setelah pewarnaan dibuat benang perlu di keringkan, sebelum kerja selanjutnya dilaksanakan.
Melerai benang
Pelenting yang diperbuat daripada buluh kecil digunakan untuk melilit benang. Proses ini dilakukan dengan bantuan alat darwin dan alat pemutar rahat.
Menganeng benang
Proses membuat benang loseng yang diregang di alat penenun bagi menentukan saiz panjang atau jumlah helai kain yang akan ditenun.
Menggulung
Benang-benang yang diregang di alat menganeng (ianian) digulung dengan sekeping papan loseng
Menyapuk benang
Setelah benang loseng dimasukkan ke dalam gigi atau sikat jentera, kerja-kerja menyapuk dilakukan. Dua urat benang loseng dikaitkan melalui setiap celah gigi jentera.
Mengarak benang
Karak dibuat daripada benang asing yang digelung. Benang loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik secara berselang seli sewaktu menenun.
Menyongket benang
Proses mereka corak di atas benang loseng dengan menggunakan alat yang di panggil lidi dengan menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima lembar dan kemudian diikat dan dikenali sebagai proses ikat butang.
Menenun
Alat torak yang diisi dengan benang pakan atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan kanan di celah-celah benang loseng mengikut corak yang telah ditentukan hinggalah menjadi sekeping kain. Kain yang telah siap ini dipotong mengikut saiz.
Songkok gresik
NURVIKA MIRA EKA LESTARI
X-3 (22)
Menurut bagian penjualan produksi songkok Awing, Benny Wahidin mengatakan, pemesan songkok Awing lebih banyak dari daerah Jawa Barat. Dari 30 ribu songkok yang sudah terjual menjelang Ramadhan tahun ini sebanyak 20 ribu beredar di Jawa Barat.
"Sebenarnya produksi kita beredar ke seluruh Indonesia dan bahkan ke luar negeri. Seperti Singapura, Malaysia, dan Brunai Darussalam. Tetapi memang pasar kita terbanyak berada di Jawa Barat dan Jakarta. Ramadhan tahun ini ada sekitar 20 ribu songkok yang sudah beradar di Jakarta," kata Benny Wahidin, Jumat (27/8). Bulan Ramadhan ini, Awing masih melakukan produksi hingga mendekati Hari Raya nanti dengan target produksi 15 ribu songkok, sesuai dengan pesanan yang masuk.
Awing menjual hasil produksinya dengan harga bervariasi, mulai harga termahal Rp 115 ribu hingga paling murah Rp 20 ribu. Memasuki Ramadhan tahun ini Awing sudah mendapatkan omzet sekitar Rp 4 miliar.
"Memang pasar songkok yang paling rame ketika mendekati bulan Ramadhan dan Hari Raya. Mendekati Rp 4 miliar kurang lebih," jelasnya. "Kalau hari-hari biasa songkoknya hanya laku setengah dari penjualan saat memasuki Ramadhan seperti sekarang," tandasnya. Benny menceritakan, Awing berdiri tahun 1986. Home indutry ini, awalnya mengkoordinir beberapa perajin songkok yang ada di Blandongan.
Sebelumnya, songkok yang dihasilkan pengrajin Blandongan kerangka dalamnya berbahan kertas, ini membuat usia songkok tak tahan lama. Berangkat dari pengalaman itu, Awing berusaha berinovasi dengan menggunakan kerangka berbahan kain keras.
Kelebihan mengggunakan kerangka berbahan kain keras ini lebih nyaman dan enak penggunaannya. Tapi, pengrajin di seluruh Indonesia dan tentunya juga di Blandongan tak berani meniru menggunakan kerangka berbahan kain keras kala itu. "Biayanya lebih mahal," jelas Benny.
Tahun 1986 saat itu, tambahnya, harga songkok yang menggunakan kerangka berbahan kertas Rp 3 ribu sedangkan dengan menggunakan bahan kain keras mencapai lima kali lipatnya, Rp 15 ribu. Tapi, Awing tetap optimis, dan hasilnya tak seperti dugaan perajin songkok lainnya, songkok bikinan Awing direspons baik oleh konsumen.
Songkok seharga Rp 15 ribu bikinan Awing itu mampu menarik banyak konsumen. Dan perajin lain pun membuntuti langkah Awing. Perlahan-lahan Awing dikenal oleh banyak konsumen dan perusahaan itu semakin mengembangkan sayapnya. Hingga tahun 1992, Awing membuka cabang di Jakarta dan kewalahan menerima order.
"Pada tahun-tahun itu, almarhum mantan Presiden RI Soeharto pun menggunakan songkok Awing, setiap tiga bulan sekali, ajudan Presiden memesannya langsung," jelas Benny. Dalam perkembangannya, tambah Benny, orang menggunakan songkok tak hanya untuk beribadah, tapi juga untuk kepentingan-kepentingan formal. Awing mampu memproduksi sedikitnya 300 ribu songkok per tahun dengan omzet mencapai Rp 7 miliar setahun.
batik loh bandeng
maulidia fatimah
X-3 (14)"Loh Bandeng" Ikon Baru Batik Gresik
Motif Loh Bandeng cukup sederhana, tetapi motifnya sangat menari. Ikan bandeng digambarkan dengan sisiknya yang sedikit menonjol berjajar setengah badan.
Kemudian ditutup dengan kreasi gradasi warna, dengan pewarnaan gelap dan terang yang menimbulkan efek tiga dimensi.
"Desain ini sengaja kami ciptakan, agar mudah dibuat dan dipelajari para pengusaha bathik," kata Anang Samsul Arifin pemilik sanggar Rumpaka Mulya dan sekaligus pencetus batik "Loh Bandengan"
Ia menjelaskan, sekarang ada keengganana membatik membutuhkan keterampilan dan kesabaran ekstra. Tapi jika melihat motif Loh Bandeng, paradigma itu akan luntur.
"Kami sengaja menyederhanakan motifnya, sehingga untuk menggairahkan batik yang sudah menjadi seni dan bidaya bangsa Indonesia. Agar menggairahkan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memproduksi batik Loh Bandeng," ujarnya
Arifin memastikan, saat ini ratusan tenaga telah siap untuk memproduksi batik Loh Bandeng. Selama ini di Sanggar Rumpaka Mulya di Desa Wringinanom RT 01 RW 03 Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik selalu diadakan pelatihan.
Pesertanya beragam, mulai dari buruh pabrik, guru, ibu rumah tangga, dan siswa. Tidak hanya warga dari Gresik yang tertarik belajar Loh Bandeng, ada yang dari Malang, Probolinggo, Tuban, dan Bojonegoro berdatangan mempelajari batik Loh Bandeng.
"Sebelum kami pasarkan secara massal, kami saat ini tengah mempersiapkan tenaga, semakin banyak orang yang bisa membatik Loh Bandeng, motif baru ini akan semakin banyak dikenal di masyarakat, selain itu kita tidak akan kekurangan SDM,? kata pria yang menjadi pencipta busana khas Pasuruan tahun 2003 lalu.
Artinya, selain menciptakan tenaga pembatik, saat ini dia tengah melakukan promosi, baik melalui pelatihan atau pameran-pameran. Semakin banyak orang yang memiliki keterampilan membatik Loh Bandeng menurut Arifin akan semakin meningkatkan nilai jualanya.
Bapak dua anak ini sengaja memilih bandeng sebagai objek utama batiknya, karena bandeng paling representatif mewakili masyarakat Gresik yang sebagian besar petani bandeng, khususnya di daerah pesisir utara. Sedangkan kata "loh" sendiri diambil dari Bahasa Jawa yang artinya `ikan`.
Batik Loh Bandeng, bandeng-bandeng tersebut digambarkan bergerombol searah tanpa kepala memiliki arti filosofis.
"Kami menyukai kebersamaan, di dalam kebersamaan kita adalah sama, karena itu digambarkan tanpa kepala. Kebersamaan menggambarkan keharmonisan, kita tidak akan bisa bersama tanpa memiliki tujuan yang sama," papar pria kelahiran Malang tahun 1963 tersebut.
Selain ikan bandeng, Arifin juga memiliki desain baru lain, yaitu menggabungkan objek rusa Bawean, pohon buah merah asli Bawean, dan sungai Brantas. Arifin memilih rusa endemik Bawean dan pohon buah merah karena ingin menonjolkan kekhasan Gresik, sedangkan sungai Brantas dia tampilkan, sebagai wujud keprihatinan dia dan warga lain di Wringinanom yang tinggal di bantaran sungai Brantas.
"Sungai Brantas di daerah kami sangat kotor, alangkah indahnya jika sungai itu bebas dari sampah dan polusi," jelasnya.
Batik Loh Bandeng ini dibuat dengan menggunakan pewarna alami. Misalnya, warna kuning dibuat dari buah nangka, merah dari mengkudu atau biji pohon kesumba, kuning kehijauan dari buah mangga.
"Target kami adalah pasar internasional, dan mereka biasanya lebih menyukai produk yang berbahan alami," kata Arifin.
Saat ini, dia memastikan tenaga pembatik telah siap. Dia mempersilahkan jika ada investor yang ingin menggunakan batik Loh Bandeng untuk diproduksi secara masal. Arifin memastikan jika batik Loh Bandeng memiliki nilai tawar yang tinggi. Dia mencontohkan, saat pameran, beberapa produk Loh Bandeng yang dia buat tidak pernah tersisa untuk dibawa pulang kembali, selalu habis terjual.
"Pertama kali pameran, batik Loh Bandeng ditawar oleh seorang pembeli yang mengaku seniman dari Bali seharga Rp 5 juta, padahal biaya produksi batik itu hanya Rp 900 ribuan," ceritanya.
Sementara itu, dalam waktu dekat, Arifin akan mematenkan batik Loh Bandengnya. Kendati demikian, semua orang berhak menggunakan motif batik Loh Bandeng tanpa mencantumkan nama dia sebagai penciptanya.
"Kami menerima dengan senang hati jika ada investor yang berkenan untuk memproduksi batik Loh Bandeng," pungkas Arifin.
songkok
Veronika Prastiwi
X-1 / 30
KETERANGAN
Songket merupakan sejenis kain yang biasanya ditenun tangan, dan mempunyai corak rumit benang emas atau perak. Perkataan songket bermaksud membawa keluar atau menarik benang daripada kain atau menenun menggunakan benang emas dan perak.
Dari segi sejarah, ia hanya dipakai golongan bangsawan - keluarga kerabat diraja dan orang besar negeri. Kehalusan tenunan dan kerumitan motif corak songket ketika itu menggambarkan pangkat dan kedudukan tinggi seseorang pembesar. Ia telah terkenal di Malaysia dan Indonesia sejak abad ke-13 yang lampau.
Songket punya nilai sejarah yang tinggi sebagai fabrik warisan agung. Selain mengangkat martabat si pemakai, motif dan warna tenunan songket melambangkan kedudukan seseorang.
Selain itu Songkok disebut juga sebagai peci atau kopiah merupakan sejenis topi tradisional bagi orang Melayu. Di Indonesia, songkok yang juga dikenal dengan nama peci ini kemudian menjadi bagian daripada pakaian nasional, dan dipakai tidak hanya oleh orang Islam. Songkok juga dipakai oleh tentara dan polisi Malaysia dan Brunei pada upacara-upacara tertentu.
Songkok ini populer bagi masyarakat Melayu di Malaysia, Singapura, Indonesia dan selatan Thailand. Topi ini dikatakan berasal dari fez yang dipakai di Ottoman Turki. Songkok menjadi popular dikalangan India Muslim dan menurut pakar kemudiannya berangsur menjadi songkok di Alam Melayu. Dalam kesusteraan Melayu, songkok telah disebut dalam Syair Siti Zubaidah (1840) "...berbaju putih bersongkok merah....".
Bagi kalangan orang Islam di Nusantara, songkok menjadi pemakaian kepala yang rasmi ketika menghadiri upacara-upacara resmi seperti upacara perkawinan, salat Jumat, upacara keagamaan dan sewaktu menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Songkok juga dipakai sebagai pelengkap kepada baju Melayu yang dipakai untuk menghadiri majelis-majelis tertentu.
KEUNIKAN GAGASAN:
Hari ini, pemakainya lebih menyeluruh, tidak terhad kepada kerabat diraja. Cara pemakaiannya juga lebih meluas, bersesuaian dengan majlis begitu juga corak dan motifnya yang semakin kontemporari, sesuai dengan perubahan dan peredaran masa. Suasana yang melatari songket kini turut berubah selaras dengan peredaran masa.
Kini, usaha untuk memastikan kesinambungan industri songket masih berterusan dan secara relatifnya berjaya mencapai tahap yang memuaskan sehingga songket semakin popular digunakan sebagai busana majlis perkahwinan, hantaran perkahwinan, cenderahati dan hiasan dinding. Peningkatan kos penghasilan sutera, benang emas dan perak serta perubahan fesyen dan trend sedikit sebanyak mempengaruhi industri songket seawal pertengahan abad ke-20.
PROSES PEMBUATAN :
Secara ringkasnya proses menenun songket adalah dengan menggunakan teknik menyungkit iaitu menggunakan lidi buluh atau bilah nibung melalui benang loseng (warp) di permukaan alat tenun yang dipanggil kek tenun. Proses menyungkit dilakukan setelah benang karat butang disediakan. Benang karat butang digunakan untuk membuat reka corak atau sulaman benang emas.
Mencelup benang
Benang perlu dibersihkan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Setelah pewarnaan dibuat benang perlu di keringkan, sebelum kerja selanjutnya dilaksanakan.
Melerai benang
Pelenting yang diperbuat daripada buluh kecil digunakan untuk melilit benang. Proses ini dilakukan dengan bantuan alat darwin dan alat pemutar rahat.
Menganeng benang
Proses membuat benang loseng yang diregang di alat penenun bagi menentukan saiz panjang atau jumlah helai kain yang akan ditenun.
Menggulung
Benang-benang yang diregang di alat menganeng (ianian) digulung dengan sekeping papan loseng
Menyapuk benang
Setelah benang loseng dimasukkan ke dalam gigi atau sikat jentera, kerja-kerja menyapuk dilakukan. Dua urat benang loseng dikaitkan melalui setiap celah gigi jentera.
Mengarak benang
Karak dibuat daripada benang asing yang digelung. Benang loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik secara berselang seli sewaktu menenun.
Menyongket benang
Proses mereka corak di atas benang loseng dengan menggunakan alat yang di panggil lidi dengan menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima lembar dan kemudian diikat dan dikenali sebagai proses ikat butang.
Menenun
Alat torak yang diisi dengan benang pakan atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan kanan di celah-celah benang loseng mengikut corak yang telah ditentukan hinggalah menjadi sekeping kain. Kain yang telah siap ini dipotong mengikut saiz.
CORAK DAN MOTIF :
Corak dan motifnya memaparkan ciri-ciri unik identiti orang Melayu dan sekali gus mencerminkan cita rasa budaya bangsa yang mekar dalam persekitaran yang kaya dengan keindahan dan keunikan. Antara corak yang digunakan:
Susunan bunga penuh
Susunan bunga bertabur
Susunan bercorak
Motif yang digunakan pula adalah seperti:
Motif Tumbuh-tumbuhan
Motif Binatang
Motif Alam/Benda
Motif Kuih
Jumat, 24 September 2010
batik dulit sisik bandeng
name : indi rachmah winona
class : x-3
absent : 10
BATIK DULIT SISIK BANDENG
Keterangan
Batik Dulit Sisik Bandeng merupakan ikon baru batik khas kota Gresik, yang makin bersinar di tengah gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif mengangkat produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justeru makin diminati, karena mempertahankan nuansa tradisional, tanpa bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan pewarna alami.
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik dulit sisik bandeng, khas Gresik, di kompleks perumahan Gresik kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di namakan batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di oleskan menggunakan kanvas.
Meski gempuran produk-produk batik dari negara asing mulai membanjiri pasar dalam negeri, tetapi wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak tersebut, pantang menyerah dan terus melakukan inovasi produk-produknya.
Berkat ketekunan dan semangat kerjanya, produk batik buatannya, justeru semakin bersinar dan mulai banyak diminati warga.
Batik dulit sisik bandeng dan mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan, karya tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga.
Menurut Arty, selain mempertahankan nuansa lokal tradisional, dirinya juga tidak menggunakan bahan-bahan kimia sebagai pewarna produknya. Tetapi, menggunakan bahan-bahan alamiah, diantaranya daun jati, daun sirih, daun kenikir, daun jambu, dan tanaman lain yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumah warga.
Terobosan ini, sengaja dilakukan agar kualitas produknya makin terjaga. Dengan bahan alamiah ini, produk batik buatanya, tidak membuat alergi, dan nyaman dipakai setiap orang. “Saya gunakan daun daun alami sebagai pewarnanya, untuk mempertahankan kesan alami", ujarnya.
Dengan mengandalkan bahan dan motif lokak itulah, batk dulit milik arty semakin di suka pelanggannya karena mampu membangkitkan rasa percaya diri. Ita rahmawati, salah satu konsumen batik misalnya, mengatakan, sangat menyukai batik sisik bandeng, karena dingin dipakai, dan corak warnanya identik dengan warga Gresik, sebagai penghasil bandeng. “Batik ini menambah rasa percaya diri saya”, ungkapnya.
Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit sisik bandeng diawali dengan pembuatan desain, dan dilanjutkan dengan proses canting.
Setelah itu, dilanjutkan dengan proses dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan proses nembok, menggunakan malam, untuk menutup warna.
Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan dilanjutkan dengan pewarnaan, yang memanfaatkan menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman, yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang banyak tumbuh di sekitar pekarangan.
Sedangkan, produk batik dulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150 ribu sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas kainnya.
Di tengah kesuksesannya memperkenalkan produk lokal khas daerah ini, arty mengaku mengalami kendala modal dan promosi. Arty berharap pemerintah setempat memperhatikan kelangsungan usahanya. Apalagi, Arty saat ini tengah menanggung nasib 6 orang karyawannya yang menggantungkan hidup pada penjualan batik dulit.