kelas :X-3
no.absen :16
keunikan gagasan:
Mari rehat sejenak meninggalkan Jakarta yang semakin sumpek dengan mengalihkan perhatian sejenak ke kota sahabat sehat yang tinggal di Gresik Jawa Timur. Kedatangan kami Rabu 14/04/2010 lalu selain ingin melihat Gresik sebagai kota yang menghasilkan semen untuk bahan bangunan rumah, juga ingin melihat peninggalan Mesjid Agung Gresik. Gresik mendapat sebutan kota wali, terkenal pula lukisan lampion karya Masmundari almarhumah yang begitu melegenda sejak dulu, ternyata kota ini diam-diam juga menghasilkan batik.
Geliat produksi batik paska penetapan hak paten oleh Unesco bahwa batik sebagai budaya asli Indonesia, semakin menggairahkan perajin batik lokal gaya pesisir utara Jawa Timur tepatnya di Gresik untuk membuat batik khas pesisir utara Jawa Timur. Ikon batik dengan motif lokal khas daerah pun seperti di Gresik ini pun bermunculan. Salah satunya adalah batik ndulit sisik bandeng khas Gresik.
Geliat batik ndulit sisik bandeng ternyata sudah dimulai lima bulan lalu. Usaha kecil menengah UKM ini dikelola oleh Siti Zainubah Budiarty atau akrab dipanggil Bu Arti. Lokasi pabrik batik mudah ditemui tepatnya di Jalan Magetan Kecamatan Kebomas, Kompleks Perumahan Gresik Kota Baru. Aktivitas produksi batik tidak pernah sepi dari pesanan seiring meningkatnya pesanan. Tidak itu saja selain pengakuan batik oleh Unesco terhadap batik lokal seperti batik Gresik ini, peminat batik mulai melirik motif khas budaya lokal seperti batik Gresik ini.
Batik Dulit Sisik Bandeng merupakan ikon baru batik khas kota Gresik, yang makin bersinar di tengah gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif mengangkat produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justeru makin diminati, karena mempertahankan nuansa tradisional, tanpa bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang banyak tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan pewarna alami.
Keunikan teknik:
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik dulit sisik bandeng, khas Gresik, di kompleks perumahan Gresik kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di namakan batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di oleskan menggunakan kanvas.
Meski gempuran produk-produk batik dari negara asing mulai membanjiri pasar dalam negeri, tetapi wanita yang telah dikaruniai tiga orang anak tersebut, pantang menyerah dan terus melakukan inovasi produk-produknya.
Berkat ketekunan dan semangat kerjanya, produk batik buatannya, justeru semakin bersinar dan mulai banyak diminati warga.
Batik dulit sisik bandeng dan mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan, karya tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga.
Keterangan:
Terobosan ini, sengaja dilakukan agar kualitas produknya makin terjaga. Dengan bahan alamiah ini, produk batik buatanya, tidak membuat alergi, dan nyaman dipakai setiap orang. “Saya gunakan daun daun alami sebagai pewarnanya, untuk mempertahankan kesan alami", ujarnya.
Dengan mengandalkan bahan dan motif lokak itulah, batk dulit milik arty semakin di suka pelanggannya karena mampu membangkitkan rasa percaya diri. Ita rahmawati, salah satu konsumen batik misalnya, mengatakan, sangat menyukai batik sisik bandeng, karena dingin dipakai, dan corak warnanya identik dengan warga Gresik, sebagai penghasil bandeng. “Batik ini menambah rasa percaya diri saya”, ungkapnya.
Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit sisik bandeng diawali dengan pembuatan desain, dan dilanjutkan dengan proses canting.
Setelah itu, dilanjutkan dengan proses dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan proses nembok, menggunakan malam, untuk menutup warna.
Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan dilanjutkan dengan pewarnaan, yang memanfaatkan menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman, yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang banyak tumbuh di sekitar pekarangan.
Sedangkan, produk batik dulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150 ribu sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas kainnya.
Di tengah kesuksesannya memperkenalkan produk lokal khas daerah ini, arty mengaku mengalami kendala modal dan promosi. Arty berharap pemerintah setempat memperhatikan kelangsungan usahanya. Apalagi, Arty saat ini tengah menanggung nasib 6 orang karyawannya yang menggantungkan hidup pada penjualan batik dulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.