Jumat, 27 Agustus 2010

Pesona Kota Santri Dalam BatikNdulit Gresik







Nama : Kirana Seta Sasi Kartika
Kelas : X-4
No.absen : 16

Keunikan Gagasan :

Demam batik kini melanda hampir semua daerah di Nusantara. Daerah yang dahulu memiliki potensi batik lalu mati kini bangkit kembali.


Keterangan :
Demam batik kini melanda hampir semua daerah di Nusantara. Daerah yang dahulu memiliki potensi batik lalu mati kini bangkit kembali. Proses membatik kini ibarat jamur tumbuh pada musim hujan. Bahkan, semua daerah mulai menghidupkan industri batik dengan motif ciri khas mereka, seperti Gresik sebagai Kota Santri, kotanya para wali. Ada nilai filosofis dan makna di selembar kain batik sehingga bukan sekadar corak menawan.

Potensi dan ciri khas Gresik diangkat ke corak batik ndulit. Sisik bandeng sebagai cermin daerah ini adalah penghasil bandeng. Taman laut menggambarkan kejayaan Gresik sebagai kota pelabuhan besar tempo dulu. Sekar Giri Ayu adalah upaya mengenang Dewi Sekardadu, ibunda Sunan Giri.

Nuansa islami pun diangkat dalam batik bercorak Mahkota Giri. Dalam motif Mahkota Giri ada gambar trap limo atau undak-undakan berjumlah lima tingkat, melambangkan lima rukun Islam. Gambar Mahkota Giri menunjukkan Sunan Giri pernah dipercaya memimpin Giri Kedaton, cikal bakal Gresik.

Gambar enam kelopak bunga pudak atau bunga pandan yang biasa dipakai untuk tikar sebanyak merupakan simbol enam rukun iman. Sembilan serbuk sari memiliki makna wali sanga yang berjasa dalam pengembangan Islam. Dominasi warna hijau di daun adalah simbol kota santri.

Boleh jadi geliat batik ndulit di Gresik muncul lagi setelah batik marak. Semangat berbatik ria bergelora setelah batik ditetapkan sebagai warisan budaya bangsa Indonesia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

Sebelum pabrik

Kain batik di Gresik telah ada sebelum era industri di Gresik, yang ditandai kehadiran pabrik semen dan pabrik pupuk. Namun, kegiatan membatik lama-kelamaan tergerus arus industri yang berkembang pesat. Dampaknya, masyarakat lebih senang menjadi pekerja pabrik dengan penghasilan pasti ketimbang menekuni batik yang belum tentu hasilnya.

Bukanlah sikap latah jika kemudian ada upaya mengangkat batik untuk memperkaya khazanah batik di Nusantara. Saat ini baju berpola batik ndulit baru dikenakan pegawai pemerintah dan guru di Gresik. Meski demikian, kelahiran kembali batik Gresik dirintis sejak tiga tahun lalu dan pengenalan secara luas baru dimulai pada 2009.

Siti Zunaiyah Budiarty (47), yang biasa dipanggil Arty, ingin batik ndulit menjadi batik khas Gresik yang berbeda dengan batik lain. Dengan enam pekerja yang rata-rata berstatus mahasiswa di STAI Qomaruddin Bungah, Arty punya obsesi batik khas Gresik berkembang di setiap kecamatan. Saat ini sekitar 25 orang ikut menekuni pembuatan batik ndulit. “Proses nembok atau ngeblok atau menutup warna juga dikembangkan di Cerme,” ujarnya.

Proses membatik dilakukan di Jalan Magetan 82, di Perumahan Gresik Kota Baru. Ketika ditemui, tiga perempuan sibuk nduliti (memberikan warna pada kain yang sudah dibatik). Satu orang sibuk menjemur kain batik yang sudah didulit. “Perajin laki-laki biasanya mloroti (menghilangkan malam),” kata Arty.

Untuk mempercepat proses membatik, Arty dan para perajin menggunakan canting elektrik. Alat tersebut didesain Komunitas Klampis Ireng Surabaya .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.