Sabtu, 28 Agustus 2010

tikar pandan khas gresik


Nama : Dian islami amalia
Kelas : X-4
No.Absen : 6


keunikan gagasan :

produk kerajinan anyaman pandan (pandanus handicraft) akan menjadi usaha serius dan menjadi profesinya sekarang.

Keterangan :
MISNAWATY Mochtar, 50 tahun, tidak menyangka kegiatan
isengnya membuat produk kerajinan anyaman pandan (pandanus handicraft)
akan menjadi usaha serius dan menjadi profesinya sekarang.
Produk “Perdana Pandanus Handicraft” yang ia pimpin kini dipakai hotel
berbintang, toko galeri bordir, bahkan diekspor ke Malaysia dan
Australia.
Usahanya di bidang anyaman pandan bermula pada 1990 ketika ia
memutuskan kembali pulang ke kampung halaman di Solok, Sumatera Barat
setelah bercerai dengan suaminya di Jakarta.Pandan tumbuh hampir di semua pekarangan rumah warga
dan keterampilan menganyam tikar pandan sudah menjadi tradisi
turun-temurun bagi perempuan di sana.
“Tikar pandan hanya kegiatan pengisi waktu senggang dan tidak pernah
dijadikan mata pencarian oleh perempuan di Paninggahan, karena harganya
murah dan terjualnya lama, apalagi mendapat saingan tikar plastik
buatan pabrik, iseng-iseng saya mencoba hal yang baru yaitu membuat
kotak pensil dari anyaman rotan,” kenang Misnawaty.

Setelah mengikuti sebuah workshop kerajinan yang
diadakan pemerintah daerah, matanya semakin terbuka lebar untuk
menjadikan kerajinan anyaman pandan sebagai usaha dengan memperbaiki
mutu dan memperbanyak jenis produk.
Ia mulai membuat aneka produk dari anyaman pandan, seperti sandal, tas
seminar, tempat sebutir telur, tatakan piring dan gelas, alas meja, dan
sebagainya. Hasil kerajinannya dipasok secara rutin di gerai sejumlah hotel di Bukittinggi dan Padang.

Bisnisnya mulai berkembang pada 2002 sejak Ny.
Henny Adli, seorang pengusaha bordir dan tenun songket yang menjadi
langganan pejabat negara memesan secara rutin kotak kemasan khusus dari
anyaman pandan sebanyak 300 set per bulan. “Di Malaysia tempat sebuah telur dari anyaman pandan
sangat laris karena dijadikan souvenir dengan diisi telur rebus untuk
tamu dalam pesta perkawinan di sana, dan tas seminar dari pandan mulai
diminati,” katanya. Busana ke Gereja
Meski saat ini Misnawaty masih tetap rajin mengisi produknya ke
sejumlah gerai di hotel, toko, dan bandara, tapi saat ini ia mulai
memfokuskan mengekspor produksi ke luar negeri. Kebetulan ia mempunyai
seorang adik, Jon Adilla, 42 tahun, yang khusus menangani pemasaran
produknya di Jakarta.
Jon memajang produknya di Kampoeng Indonesia G-24, Kota Wisata Cibubur
dan rajin mengikuti pameran.
Saat pameran di InaCraft, Jakarta, seorang pembeli asing, orang Hawaii,
istri seorang bekas staf Kedutaan Amerika di Jakarta, tertarik dengan
tikar pandan anyamannya.

Saat pameran di InaCraft, Jakarta, seorang pembeli
asing, orang Hawaii, istri seorang bekas staf Kedutaan Amerika di
Jakarta, tertarik dengan tikar pandan anyamannya.

Pembeli ini rupanya sudah keliling beberapa tempat mencari tikar pandan untuk dipasok ke ke Ashfield, Sidney, Australia.
Tikar-tikar ini akan dijadikan rok luar dan selempang dalam acara
tradisional pesta perkawinan, upacara kematian, dan busana ke gereja.
“Dia tertarik dengan hasil kerajinan kami karena bahan pandannya halus,
lembut, dan tidak patah ketika dilipat, itulah kekhasan pandan
Paninggahan dibanding pandan lain,” kata Misnawaty.
Buyer ini kemudian berkunjung ke Paninggahan dan menyepakati pesanan
perdana 200 hingga 250 lembar tikar. Hanya saja kualitas, warna, dan ukuran ditetapkan dan diajarkan buyer.
Warna coklat tua, maron, kuning, hijau tua, dan jingga yang selama ini
tidak pernah dibuat Misnawaty diajarkan si pembeli dari bahan alam.Meski begitu, usaha Misnawaty dan Joni Adilla yang
beromset sekitar Rp17 juta per bulan, saat ini telah memberikan harapan
kepada perempuan para perajin anyaman pandan di Paninggahan.
Mereka dengan gampang bisa menjual tikar pandan tanpa anyaman tepi
kepada Misnawaty seharga Rp15.000 dan tidak perlu lagi menjual ke pasar
yang belum tentu langsung laku terjual. Misnawati dengan lima
perajin tetapnya akan menjadikan anyaman itu sebagai pelapis sandal,
alas meja, kotak kemasan, tas, dan sebagainya.
Ketekunannya berusaha anyaman tikar juga dijadikan rujukan di Sumatera
Barat.
Selain beberapa kali dijadikan pelatih keterampilan oleh pemerintah
daerah, “Perdana Pandanus Handicraft”, sebuah rumah sederhana yang dari
halamannya dapat melihat beningnya Danau Singkarak juga sering
dijadikan tempat belajar bagi perajin dari Sumatera Barat maupun dari
Sumatra Utara, Riau, dan Sumatra Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.