Sabtu, 28 Agustus 2010

tikar pandan yang unik


Nama : Yuni Tri Artika
Kelas : X-4
No.Absen : 37


Keunian Gagasan:
Siapa yang menyangka, tikar pandan yang sederhana bisa berubah menjadi tas cantik yang gaya. Bahkan sampai mejeng di butik hotel terkenal di Amerika Serikat.

Keterangan:

Siapa yang menyangka, tikar pandan yang sederhana bisa berubah menjadi tas cantik yang gaya. Bahkan sampai mejeng di butik hotel terkenal di Amerika Serikat.

Hal itu memang bukan hal yang mustahil jika kreatifitas dan kemauan berpadu. Seperti yang dilakukan Ursula Tumiwa, yang bisa membuat sebuah tikar pandan yang biasa-biasa itu bertambah nilai ekonominya. Maka dia membuat tas laptop, tas kerja, dompet, tempat tissue, sampai clutch untuk pesta.

Dengan memakai label "Serai" karya Ula bisa dijumpai mal-mal kelas atas di Jakarta. Bahkan tas pandan perempuan lulusan SMA Tarakanita 1ini diminati butik-butik di Eropa dan Amerika Serikat.

"Saya mengirim untuk Eropa dua kali dalam setahun, untuk koleksi summer dan winter. Kalau winter warnanya lebih gelap, seperti cokelat atau biru tua. Kalau summer saya buat dengan warna-warna ngejreng," ujarnya. Jadi jika melihat tas laptop berbahan pandan, bisa jadi itu made in Indonesia.

Ursula yang akrab disapa Ula ini memulai bisnis tas saat harus ikut suami bekerja di Singapura. Daripada bengong dia pun mencari-cari kegiatan yang bisa dilakukannya. Kesenangannya akan prakarya di masa sekolah menimbulkan ide untuk membuat tas.

"Tas itu lebih mudah daripada bisnis sepatu, yang berarti harus dibuat dalam berbagai ukuran," katanya.

Ula ingin produknya unik, ditambah rasa sayangnya terhadap binatang, sehingga perempuan tamatan jurusan elektro ini tak ingin menggunakan kulit binatang. Berangkat dari kepedulian itu, dia mulai berpikir bagaimana caranya membuat tas yang bagus dan berkualitas tapi ramah lingkungan.

Bersama 14 pegawainya,Ula membuat workshop tas anyaman pertamanya si Beran, Sleman, Yogyakarta pada tahun 1998. Hingga kini dia sudah memiliki tiga outlet di Jakarta yakni di Chick Mart Kemang, Alun-alun Grand Indonesia, dan Fx.

Keberhasilan ini tak disimpannya sendiri, maka dia pun berbagai dalam ajang workshop. Salah satunya bersama Warta Kota yang diselenggarakan di Gedung Kompas Gramedia di Jalan Palmerah Barat pada Sabtu (24/4).

Workshop ini dihadiri 30 peserta, sesuai kuota yang ditetapkan panitia. Para peserta pun antusias dalam menimba ilmu. Seperti yang diungkapkan oleh Netty, salah satu peserta workshop yang jauh-jauh datang dari Cibadak, Sukabumi. Katanya, tas anyaman memang memiliki potensi bisnis yang tinggi jika dikembangkan secara serius.

Hal senada juga diungkapkan oleh Bu Sinta, ibu rumah tangga yang tinggal di Plumpang, Koja, Jakarta Utara. Dia tertarik mengikuti workshop ini karena di daerah asalnya, di Nusa Tenggara Timur, banyak terdapat tumbuhan yang bisa dianyam. Namun karena pengetahuan yang etrbatas, masyarakat tidak memanfaatkan tumbuhan itu dengan optimal.

Selain peserta yang ingin menggali potensi bisnis dari anyaman, ada juga peserta workshop yang datang hanya sekadar menyalurkan hobi, seperti yang dilakukan oleh Ibu Erna, seorang karyawati yang tinggal di Bintaro. Dia mengikuti workshop ini murni karena hobi membuat kerajinan tangan. Selain itu dia berharap bisa menambah kenalan dan teman baru di workshop.

Acara workshop ini terselanggara atas kerja sama Warta Kota dengan wartakotalive.com dan wisatakotatoea.com. Farizqi, ketua panita Penyelanggara menjelaskan bahwa acara ini selain bertujuan untuk melestarikan warisan budaya Nusantara juga bermanfaat untuk mendorong pengembang industri kecil kreatif di Tanah Air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.